Jumat, 10 Mei 2013

SHALAT GERHANA


Shalat Gerhana (Hukum, Waktu, Tata Cara)



Gerhana adalah salah satu tanda kekuasaan Allah SWT. Ketika ada gerhana matahari maupun bulan, Islam mensyariatkan shalat gerhana. Hukum Shalat Gerhana Para ulama sepakat bahwa shalat gerhana, termasuk shalat gerhana matahari (kusuf) adalah sunnah muakad (sangat dianjurkan), baik untuk laki-laki maupun perempuan.Waktu Shalat Gerhana Waktu untuk mengerjakan shalat gerhana adalah terbentang sejak mulainya gerhana hingga gerhana berakhir (matahari / bulan kembali ke kondisi semula). Tata Cara Shalat Gerhana Shalat gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari, lebih utama dikerjakan secara berjamaah, meskipun menunaikannya secara berjamaah bukan termasuk syarat utama syahnya shalat tersebut. Ketika menjelang pelaksanaan shalat gerhana, harus muadzin mengumandangkan lafazh "Ash shalaatu jaami'ah". Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat. Setiap rakaat harus dilakukan dua kali ruku '.


خسفت الشمس فى حياة رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فخرج رسول الله - صلى الله عليه وسلم - إلى المسجد فقام وكبر وصف الناس وراءه فاقترأ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قراءة طويلة ثم كبر فركع ركوعا طويلا ثم رفع رأسه فقال سمع الله لمن حمده ربنا ولك الحمد. ثم قام فاقترأ قراءة طويلة هى أدنى من القراءة الأولى ثم كبر فركع ركوعا طويلا هو أدنى من الركوع الأول ثم قال سمع الله لمن حمده ربنا ولك الحمد. ثم سجد - ولم يذكر أبو الطاهر ثم سجد - ثم فعل فى الركعة الأخرى مثل ذلك حتى استكمل أربع ركعات وأربع سجدات وانجلت الشمس قبل أن ينصرف ثم قام فخطب الناس فأثنى على الله بما هو أهله ثم قال إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا يخسفان لموت أحد ولا لحياته فإذا رأيتموها فافزعوا للصلاة

Pada saat Nabi hidup, terjadi gerhana matahari. Rasulullah keluar ke masjid, berdiri dan membaca takbir. Orang-orang pun berdatangan dan berbaris di belakang beliau. Dia membaca surat yang panjang. Selanjutnya beliau bertakbir dan ruku '. Dia memperpanjang waktu ruku 'hampir menyerupai waktu berdiri. Selanjutnya ia mengangkat kepala dan membaca "Sami'allaahu liman hamidah, rabbanaa walakal hamdu". Lalu berdiri lagi dan membaca surat yang panjang, tapi lebih pendek dari bacaan surat yang pertama. Kemudian beliau bertakbir dan ruku '. Waktu ruku 'ini lebih pendek dari ruku' pertama. Setelah itu beliau sujud. Pada rakaat berikutnya, beliau melakukan perbuatan yang sama hingga sempurnalah empat ruku dan empat sujud. Setelah itu matahari muncul seperti biasanya, yaitu sebelum ia pulang ke rumah. Dia terus berdiri dan menyampaikan khutbah, memuji Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya. Tak lama kemudian, beliau bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat." (HR . Muslim) Ibnu Abbas juga meriwayatkan hadits shalat gerhana sebagaimana dicantumkan Imam Al Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab shahih beliau:



عن عبد الله بن عباس قال انخسفت الشمس على عهد رسول الله - صلى الله عليه وسلم -, فصلى رسول الله - صلى الله عليه وسلم -, فقام قياما طويلا نحوا من قراءة سورة البقرة, ثم ركع ركوعا طويلا, ثم رفع فقام قياما طويلا, وهو دون القيام الأول, ثم ركع ركوعا طويلا, وهو دون الركوع الأول, ثم سجد, ثم قام قياما طويلا وهو دون القيام الأول, ثم ركع ركوعا طويلا, وهو دون الركوع الأول, ثم رفع فقام قياما طويلا, وهو دون القيام الأول, ثم ركع ركوعا طويلا, وهو دون الركوع الأول, ثم سجد, ثم انصرف وقد تجلت الشمس, فقال - صلى الله عليه وسلم - «إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله, لا يخسفان لموت أحد ولا لحياته, فإذا رأيتم ذلك فاذكروا الله

Dari Abdullah bin Abbas, bahwa pada suatu hari terjadi gerhana matahari. Lalu Rasulullah SAW berdiri untuk mengerjakan shalat. Dia berdiri lama sekali, kira-kira sepanjang bacaan surat Al-Baqarah, kemudian beliau ruku 'juga sangat lama. Lalu berdiri kembali dengan waktu yang sangat lama, tetapi lebih pendek dibandingkan dengan waktu berdiri yang pertama tadi. Kemudian beliau ruku 'lagi yang lamanya lebih pendek dari ruku' pertama. Lalu beliau sujud. Selanjutnya dia berdiri lagi dan waktu berdirinya sangat lama hingga hampir menyamai rakaat pertama. Setelah itu ia ruku 'dan lamanya hampir sama dengan ruku' yang pertama. Lalu berdiri lagi, tetapi lebih pendek dibanding dengan berdiri yang pertama. Kemudian ruku 'lagi yang lamanya lebih pendek dari ruku' pertama, dan kemudian sujud. Setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakan shalat, matahari telah kembali normal seperti biasa. Beliau bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan itu adalah dua tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari dan bulan itu bukanlah karena kematian atau kehidupan seeorang. Maka jika engkau melihatnya, ingatlah dan berzikirlah kepada Allah" (HR. Bukhari dan Muslim) Ibnu Abdil Barr mengatakan , "dua hadits di atas adalah hadits paling shahih tentang shalat gerhana." Ibnu Qayyim mengatakan, "Hadits yang shahih, sharih, dan dapat dipakai sebagai pegangan dalam masalah shalat gerhana adalah dengan mengulangi ruku 'setiap rakaat, berdasarkan hadits Aisyah, Ibnu Abbas, Jabir, Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Amr bin Ash, dan Abu Musa Al Atsari. Semua meriwayatkan hadits dari Nabi SAW bahwa ruku'nya diulang dua kali dalam tiap raka'at. Para perawi yang meriwayatkan berulangnya ruku 'itu lebih banyak jumlahnya , lebih dapat dipercaya, dan lebih erat hubungannya dengan Rasulullah jika dibandingkan dengan perawi-perawi yang mengatakan tidak perlu melakukan ruku 'secara berulang-ulang. Begitu pula pendapat mazhab Maliki, Syafi'i, dan Ahmad. Tetapi Abu Hanifah berpendapat bahwa shalat gerhana itu adalah dua rakaat dan mengerjakannya seperti shalat Hari Raya atau Shalat Jum'at. Ringkasan Tata Cara Shalat Gerhana Secara ringkas, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut: 
  1. Niat (tanpa perlu melafalkannya dalam bahasa Arab, karena Nabi tidak mencontohkan) 
  2.  takbiratul Ikram 
  3. Membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya, disunnahkan yang panjang dan dibaca jahr (keras) oleh      Imam ketika shalat gerhana berjama'ah 
  4. Ruku '(disunnahkan waktu ruku' lama, seperti waktu berdiri)  
  5. Berdiri lagi kemudian membaca Al Fatihah dan surat lainnya (disunnahkan lebih pendek dari sebelumnya) 
  6. Ruku 'lagi (dengan waktu ruku' disunnahkan lebih pendek dari ruku 'pertama) 
  7. I'tidal 
  8. Sujud 
  9. Duduk diantara dua sujud
  10. Sujud kedua 
  11. Berdiri lagi (rakaat kedua), membaca surat Al Fatihah dan lainnya (disunnahkan yang panjang) 
  12. Ruku '(disunnahkan waktu ruku' lama, seperti waktu berdiri) 
  13. Berdiri lagi kemudian membaca Al Fatihah dan surat lainnya (disunnahkan lebih pendek dari sebelumnya) 
  14. Ruku 'lagi (dengan waktu ruku' disunnahkan lebih pendek dari ruku 'pertama) 
  15. I'tidal 
  16. Sujud 
  17. Duduk diantara dua sujud 
  18. Sujud kedua 
  19. Duduk Tahiyah akhir 
  20. Salam 

Keterangan: Sebelum shalat gerhana, tidak perlu dikumandangkan adzan dan iqamah, tapi cukup "Ash shalaatu jaami'ah"Setelah selesai shalat gerhana, khatib memberikan khutbah yang berisi pesan ketaqwaan. Demikian, pembahasan shalat gerhana , baik hukum, waktu maupun tata caranya.